Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

Halaman

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 18 Agustus 2008

BYE AL-AMIEN.........!!

Aku terlahir di Pulau terpencil, namun hampir separuh hidupku tinggal di Pesantren. Pesantren Al-Amien Prenduan aku pilih sebagai tempat meremajakan dan mendewasakan diriku. Selepas studiku di Sekolah Dasar, aku menjadi salah satu santri dari pesantren tersebut, hingga akhirnya aku bisa menyelesaikan studi di perguruan tinggi di pesantren ini juga. Apa yang ada pada diriku saat ini adalah bagian wajah kecil dari Al-Amien. Walaupun aku bukanlah profil alumni yang sempurna, tapi aku berusaha mencapai kesempurnaan tersebut dengan beberapa kelemahan yang harus aku benahi.

Ada rasa sesal, bangga, khauf, roja’ serta sekian banyak ekspresi seorang pemuda normal yang akan terjun pada kehidupan sesungguhnya. Hiruk pikuk kehidupan nyata dalam hitungan hari akan aku hadapi. Wajah kehidupan yang sangat kompleks akan menjadi bagian dan titian hidupku. Tahun ini menjadi tahun terakhirku di Al-Amien. Aku harus tinggalkan Al-Amien secara fisik, tapi semangat dan ruh Al-Amien akan terus aku bawa sebagaimana dia dulu dengan semangat membangun diriku.

Banyak kesan, kenangan yang tak bisa aku tumpahkan lewat kata, numun aku berusaha menjaring hikmah dari pengalaman masa laluku lewat suka, duka, tawa, air mata serta sederetan panjang lilitan sejarah perjalanan hidupku. Walau tidak ada catatan emas sepanjang perjalananku di Al-Amien, tapi aku yakin wejangan para kiai dan ustadz senantiasa diharapkan mampu menggerakkan hatiku untuk selalu dinamis menyungongsong masa depan. Bagi mereka hanya ucapan terima kasih, syukron, thanks atau kata apa saja yang menggantikan kata terdalam terima kasih hatiku. Tanpa bimbingannya aku tidak akan bisa sperti sekarang. Terima kasih kiai, ustadz, teman-teman serta semua orang yang menjadikan aku dewasa.

Kini aku harus mandiri tanpa mereka lagi. Aku harus mampu berdiri bahkan harus lari menapaki tangga-tangga kehidupan yang menjulang. Kehidupan ini aku anggap adalah tangga, sehingga nantinya aku harus naik bukan hanya berjalan datar. Beberapa hari ke depan aku menapaki tangga pertama, namun setelahnya aku harus menaiki tangga berikutnya, demikian seterusnya hingga akhirnya aku sampai di puncak mengibarkan bendera Islam, Islam yang dapat menaungi semua golongan.

Semua itu adalah target dan aturan main hidupku. Aku tidak peduli orang lain akan bicara apa, yang jelas aku tetap hidup layak dan tidak tergantung sama mereka. Aku harus menjadi diriku dengan kelebihan dan kekuranganku. Sebenarnya aku tidak pernah menganggap adanya kekurangan. Rumusan hidup bagiku adalah, semua yang ada di hadapanku adalah potensi yang harus dijejali dan digali hingga akhirnya mewujudkan angan dan cita. Hanya waktu, kesempatan, usaha dan kemauan yang bisa merubah kelemahan menjadi kelebihan.

Selebihnya aku tidak lupa untuk selalu tunduk bersujud di depan sang Penguasa Jagad Tuhan Allah SWT. Antara Tuhan dan aku adalah wujud realitas konkrit hidupku. Aku punya super power luar biasa yang akan menuntunku, sehingga kemungkinan komplektifitas tantangan hidup akan menjadi tantangan menarik yang akan membangkitkan kejantananku untuk terus maju dan dinamis. Al-Amien dan masa laluku tetap kukenang, sedangkan saat ini dan masa depan adalah kesuksesan yang akan aku raih. Good bye Al-Amien and Welcome kehidupan baru.

Minggu, 17 Agustus 2008

REFLEKSI KEMERDEKAAN

Enam puluh tiga tahun yang silam bangsa ini mulai bangkit menapaki lorong kemerdekaan yang dibangun oleh para pemudanya. Waktu itu suara Bung Karno mewakili seluruh rakyat negeri ini menyuarakan tekat kemerdekaan. Tepatnya Tanggal 17 Agustus 1945 itulah seluruh rakyat Indonesia bersuara yang sama lewat dentuman kata-kata proklamasi yang dibacakan oleh Bung Karno sang Proklamator. Tanpa terasa pagi ini 17 Agustus 2008 aku ikut menyimak isi dari proklamasi tersebut. Walau tidak persis sama dengan konteks 63 tahun yang lalu, tapi aku dapat merasakan bahwa negeri ini adalah milik bersama yang harus dijaga dari berbagai macam bentuk penjajahan.

Penuh hidmat aku mengikuti upacara HUT kemerdekaan negeri ini di depan Puspagatra (Pusat Gagasan dan Kreativitas Santri TMI Putra) mulai awal hingga akhir acara. Ada rasa nasionalis yang tumbuh dalam diri. Sesekali aku lihat orang-orang di sekitarku begitu khusuk mengikuti acara ini, pertanda mempunyai kesamaan rasa dengan apa yang aku rasakan. Dalam hati ada dialog bentangkan berbagai persoalan Negeri ini yang tak kunjung habis. Walau sebelumnya aku bukanlah pemerhati sejati laju perpolitikan, tapi secara garis besar laju perpolitikan bangsa ini masih mempunyai banyak kekurangan yang menjadi tanggung jawab kita bersama.

Entah sebuah kekurangan atau merupakan tabiat dari bangsa ini, dalam usia kemerdekaanya yang lebih dari separuh abad, masih tersisa berbagai persoalan terkait pada bentuk penjajahan. Sudah lima kali bangsa ini mengganti pemimpinnya, tapi persoalan makan-memakan (yang kuat memakan yang lemah) terus saja berjalan dengan berbagai macam tipologinya. Kalau masa Belanda dahulu bangsa ini dijajah secara nyata oleh Bangsa lain, tapi sekarang lahir penjajahan tipe baru dan keganasannya jauh lebih kejam dari penjajah sebenarnya. Kekayaan Negeri ini dikuras untuk kepentingan pribadi atau kelompok, sehingga menyisakan luka dan duka di tengah-tengah rakyatnya.

Derita bangsa ini terus berlanjut memunculkan banyak gesekan di tengah-tengah rakyatnya. Pada tahun 1998 muncul gerakan Reformasi yang memunculkan percaturan babak baru dari perjalanan Negeri ini. Sejenak rakyat cukup gembira dengan beberapa perubahan yang mengarah pada perbaikan. Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena persoalan lama mencuat kembali dengan tipologi yang berbeda. Negeri ini kembali digegerkan dengan beberapa kasus pengerukan kekayaan Negara oleh para pemimpinnya. Laju kemerdekaan yang menjanjikan rakyat aman sentosa menjadi isapan jempol belaka, bahkan yang tersuguhkan adalah luka dan luka.

Luka borok terus berlanjut. Berbagai macam kesusahan silih berganti. Penderitaan yang satu hilang, datang penderitaan yang lain, begitu terus keadaan bangsa ini yang semakin tidak karuan. Rakyat diajak berkelana dalam penderitaan dan luka. Berbagai macam sisi mencekik ketenangan rakyat. Kegelisahan menjadi menu utama tiap hari. Keadaan ekonomi mencekik rakyat dengan melonjaknya harga BBM yang berimbas pada naiknya barang-barang lainnya. Rakyatpun semakin teler tak mampu hidup layak sehingga lahirlah berbagai macam bentuk krisis lainnya yang lebih berbahaya.

Jika hal itu terus berlanjut, maka pada suatu saat rakyatpun akan semakin gerah. Sehingga pada kegerahan yang sangat gerah akan memunculkan sikap anarkis yang berakibat pada pelecehan terhadap pemerintahan Negeri ini. Artinya segala bentuk keputusan yang diambil oleh para pemimpin Negeri ini tidak akan diindahkan lagi oleh rakyat. Wibawa pemerintahan akan diinjak-injak oleh rakyat yang gerah. Mereka akan menuntut kemerdekaan. Kemerekaan yang sebenar-benarnya yang memberikan kebebasan serta kedamaian bagi rakyatnya. Kalau seandainya ini yang terjadi kemungkinan besar nanti anak cucuku atau anak cucuk Anda tidak akan lagi memperingati HUT kemerdekaan tanggal 17 Agustus, tapi akan beralih pada tanggal yang lain dimana mereka memuntahkan kegerahannya karena ulah para pemimpinnya yang rakus.

Walau hal di atas hanya sebuah prediksi kosong tapi kenyataan tetaplah tanda tanya yang menyuguhkan kemungkinan. Bukti sejarah yang berkaiatan dengan kegerahan tersebut sangat banyak, dan yang paling berkaitan dengan persoalan bangsa ini telihat dari berbagai aksi gerakan kemerdekaan yang akhir-kahir ini muncul di tengah-tengah kita. Dari yang paling barat sana di Aceh ada GAM, kemudian di derah timur sana ada gerakan Maluku merdeka, kemungkinan di daerah lain juga akan ada gerakan yang serupa, jika para pemimpin ini tetap tidak mau puas dengan duit.Wahai para pemimpin yang terlaknat Berhentilah mengeruk kekayaan negeri ini, jika tak ingin HUT kemerdekaan ini akan berubah !!!”. [ijan]