Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

Halaman

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 03 September 2008

Tadarus Jogja 1

Hari ini aku sempatkan untuk pergi ke warnet terdekat dengan tempat bermalamku di kota Gudeg. Sudah lima hari aku bersenggama dengan keramaian kota ini. Banyak hal baru yang mengajriku untuk berfikir,merenungkan atau bahkan sebatas menertawakan saja. Ada yang mengagumkan, tapi juga banyak hal yang membuat hatiku geli, gerah atau malah benci. Kota ini menyajikan banyak hal yang cukup kompleks.
Aku diam di kawasan UGM yang merupakan salah satu perguruan ternamam di kota Jogja ini. Gedungnya besar, menawan, pokoknya indah tidak seperti tempat kuliahku yang kecil dan juga tidak ternama. Sejenak aku kagum dengan penampilan fisik dari perguruan tinggi tersebut. Aku hanya bisa bergumam "wow" saja. Namun hal itu tidak menjadikan akau harus tetap tercengang dalam kekaguman, tapi melainkan mengundang perasaan normalku sebagai seorang manusia untuk tahu lebih dalam di balik penampilan modis universitas megah ini.
Lima hari aku membolak balikkan hamparan UGM sedikit aku mengenal kehidupan di kampus ini. Mahasiswanya yang datang dari seluruh penjuru propinsi menampilkan banyak karakter, sehingga kampus ini layaknya miniatur kehidupan pemuda di negeri ini. Mereka ada yang serius belajar, mencari ilmu namun tidak sedikit yang hanya menghamburkan duit orang tuanya di lorong-lorong penggoda nafsu birahi.
Aku tidak ingin berlebihan, aku hanya ingin mengolah apa yang aku lihat lima hari ini di kampus ini. Hampir tiap waktu dan tempat aku disuguhi dengan kemesraan, cengkrama-cengkrama cinta sepasang pemuda dan pemudi yang memadu kasih terpampang di depan mata. Aku merasa risih, kadang aku harus malu sendiri untuk melihat adegan-adegan tersebut. Sebenarnya aku tidak ingin membohongi diriku sendir, sebagai manusia normal aku juga bisa berpotensi terjebak seperti mereka, tapi Tuhan Allah masih memberikan pilihan lain kepadaku sehingga sampai saat ini aku tetap mencerminkan sosok laki-laki yang bebas dar cengkraman rayuan gombal gadis-gadis pasaran.
Aku berujar demikian bukan berarti menyalahkan mereka, tapi hanya menyayangkan jika waktu yang begitu luas itu hanya habis ditimang oleh rengkuhan-rengkuhan birahi. Karena sejauh yang aku lihat dan aku dengar, sangat sedikit diantara mereka yang memadu asmara kemudian berlanjut pada pernikahan. Faktanya, hanya berakhir dengan kerenggangan kemudian berpisah, lalu mencari gelaran asmara lain yang lebih panas dan hot.
Gelaran kehidupan asmara kampus ini menjadi tadarus awalku di bulan suci ini. Aku tidak bermaksud menjelek-jelekkan atau mencemoohkan seseorang atau golongan tertentu, tapi itu hanya bagian kegiatan tadarusku mengkaji ayat-ayat tuhan yang terhampar luas di bumi ini. Harapanku semoga tadarusku di kota Gudeg ini bisa semakin membuatku bijak dalam menapaki kehidupanku di masa yang akan datang. (bersambung)