Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

Halaman

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 24 Januari 2009

Futsal Cerminan Sebuah Kedewasaan

Bersamaan dengan meningginya matahari di awal pagi Jum'at 23 Januari 2009 kembali aku mendapat tawaran untuk mengisi liburan dengan bermain futsal. Sebenarnya futsal sudah menjadi ritual mingguan yang biasa aku lakukan tiap Jum'at selama kurun waktu 2 bulan terakhir ini. Rasanya hari Jum'at dan futsal adalah dua sisi yang tak bisa dipisahkan. "Tiada jum'at tanpa futsal". Begitulah kira-kira perasaan ini mengatakannya, entahlah ada apa sebenarnya dengan futsal sehingga menjadikan aku mabuk karenanya.

Ada hal yang menarik dari futsal atau sepok bola mini ini yang perlu diexplorasi lebih dalam agar nantinya membuahkan dimensi nilai yang bisa dijadikan rujukan hidup. Rasanya tidak berlebihan jika aku mencoba menggali dan mengenali lebih dekat olah raga kesukaanku ini. Walau hanya sekadar refleksi ringan semata, tapi paling tidak dengan keberanian mencoba menghikmahi (menghadirkan hikmah) dari olah raga ringan ini bisa menjadikan aku lebih dekat kepada-Nya. Karena aku yakin Tuhan Allah akan selalu membumbuhi segala sesuatu di dunia ini dengan hikmah sebagai konsekwensi bahwa Tuhan Allah bisa didekati dari segala sisi kehidupan, walau dari sebuah permainan kecil sekalipun.

Futsal sejatinya hanya bentuk permainan dengan menggunakan si kulit bundar yang menjadi instrument vitalnya. Si kulit plontos satu inilah yang menjadi kejar-kejaran dari sekian banyak pemain. Satu bola untuk semua begitulah konkrit permainannya. Mengasyikkan permaianan ini, apalagi jika kebagian menggiring bolanya kemudian sampai bisa merobek jala lawan. Pada titik inilah ada rasa senang, bahagia, puas dan berbagai rasa lainnya yang belum sempat terliteralisasi lewat bahasa apapun. Menyenangkan bukan...... ?!

Tapi tidak mudah menemukan performa permainan yang mengesankan dan menggairahkan. Mengesankan berarti menjadikan seluruh peserta permainan dalam satu tim terkesan dan ingin mengulangi lagi. Hal seperti ini butuh kedewasaan dan kematangan emosional dari masing-masing individu dalam satu tim. Terutama pada tim-tim amatir seperti tim yang hanya sekadar mengisi waktu senggang layaknya yang diperagakan aku beserta teman-teman musyrif Mu'allimin di lapangan Bardosono. Permainana mengisi waktu senggang ini kadang mengundang aku untuk serius menapak tilasi kadar emosional dan kedewasaan teman-teman. Pada sisi inilah kemungkinan nilai yang bisa aku tunjukkan dari permainan futsal ini.

Biasanya sebelum permainan dimulai diawali dengan pembagian para pemain menjadi dua tim. Setelah itu baru kemudian penempatan posisi, pada penempatan inilah ada hikmah yang tergelar yang bisa diurai. Rata-rata cerminan subyektif yang bisa aku pancarkan lewat hati dan otakku semua pemain tidak ingin diposisikan sebagai penjaga gawang. Semua ingin menjadi penyerang dan bintang lapangan seperti Ronaldo-nya MU, Del Piero-nya Juventus, Messi-nya Barcelona dan sederet pemain bintang dunia lainnya. Ada ego yang tinggi dan mengalahkan kedewasaan, sehingga pada tahapan terakhir harus ada yang mengalah untuk menjadi penjaga gawang. Keputusan mengalah itu adalah hal yang berat dan pahit tapi tetap harus dipilih agar permainan dapat dilaksanakan.

Pada tataran yang konkrit sejatinya para bintang dadakan itu lupa bahwa permainan futsal itu tidak akan bisa dilaksanakan tanpa penjaga gawang. Tanpa mengklaim teman-teman musyrif yang lain tidak dewasa aku akhirnya terbiasa mengalah dengan menerima posisiku sebagai penjaga gawang agar permainan dapat berlanjut. Akhirnya dengan adanya yang mengalah permainan futsal itu tetap menjadi permainan yang menarik dan menggairahkan sampai saat ini.

Dari permainan ringan itu aku mencoba mendampingkan dengan realitas kehidupan sosial kemasyarakatan yang terkait dengan pola intraksi antar sesama yang tentunya juga butuh dengan prilaku mengalah. Dalam kehidupan nyata sering kali terjadi seperti apa yang terjadi pada permainan futsal tadi. Ada orang dengan egonya menengadah, membusungkan dadanya tak mau kalah dengan orang lain, beradu dan berebut posisi yang menggiurkan tanpa mempertimbangakan kapabilitasnya. Sehingga ketika posisi itu berhasil direngkuhnya, orang tersebut hilang keseimbangan dan pada tahapan yang tragis orang tersebut akan hina dengan posisinya sendiri. Na'udzubillahi min dzalik.........

Deskripsi di atas salah satu contoh saja dari keberanian dan keangkuhan tanpa mempertimbangkan kapabiltas diri. Mendekati pemilu 2009 aku sebagai bagian dari anak Bangsa ini ingin mengetuk hati dari para pemimpin Bangsa agar bersedia mengalah dengan menjunjung tinggi sikap kedewasaan. Sehingga keadaan Bangsa yang cukup tragis ini dengan multi krisisnya akan sedikit pulih dari boroknya. Kapabiltas dan kedewasaan adalah faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum merangkul posisi atau amanah dari Bangsa ini.

Minggu, 18 Januari 2009

Januari Menggairahkan


Selamat pagi dunia, kata ini yang mampu aku ucapkan di edisi ke-19 di bulan Januari 2009. Sekian hari terbuang sia-sia tanpa menyisakan pijakan yang berarti dari hidupku. Sekian banyak kegiatan tak mampu aku ikat maknanya, sehingga makna serta sari pati dari sekian kegiatan tersebut hilang seiring dengan berlalunya waktu. Pagi ini aku ingin beranjak dari malasku walau hanya sekadar mengurai kegiatan ringan harianku. Aku ingin mengusir gundah,mengikat makna, mengekspresikan perasaan serta seabrek unek-unek yang ada di hatiku. Entahlah semua itu dikelompokkan pada tipe tulisan apa, yang penting kegiatan menulisku ini tetap terus berlanjut.

Sebenarnya di bulan Januari ini banyak sekali kesan serta hal yang menarik dan menggairahkan yang perlu aku tulis. Namun karena malas menyulam batinku sehingga terasa berat rasanya aku untuk menggerakkan tanganku di atas keyboard komputer. Selepas pesta tahun baru kemarin ada tiga acara menarik yang perlu diikat maknanya. Pertama adalah tatkala aku diberi kesempatan untuk menggiring matahari melepas siang di pantai Depok. Hari itu tepat tanggal 4 Januari alias hari terakhir dari rangkaian libur perayaan tahun baru.Pantai depok dengan deburan khas ombaknya yang mantap tetap menggairahkan dan dijejali ribuan manusia berwarna-warni di hamparan pasir hitamnya.

Lawatanku yang ke-3 di pantai Depok berbeda dengan lawatan-lawatan sebelumnya. Lebih ramai,lebih padat, lebih kencang serta beberapa kelebihan lainnya yang memukau. Kalau pada lawatan sebelumnya pernah aku tuliskan ada kegersangan Iman serta bagaimana aku beristighfar dari pemandangan yang mengundang birahi. Hari itu lebih dari sekadar kegersangan tapi sudah lebih dekat pada hal yang mengkhawatirkan. Khawatir karena rasa malu sebagaian besar pengunjungnya sudah hilang serta khawatir diriku yang lemah ikut-ikutan tidak malu juga. Dua kekhawatiran ini sempat melintas di benakku, ada sesuatu yang melonjak kuat dari diriku,sepertinya birahi mulai mnunggangi diriku yang lemah,lalu kemudian beberapa saat aku terbuai dengan panorama romantis yang menggairahkan.

Segera aku beranjak membenahi diriku yang teledor sambil terus mengusir jauh-jauh bisikan birahi. Aku alihkan pada deburan ombak yang menderu. Terlihat ombak saling berlomba untuk mendahului, berlari mendekati bibir pantai,kemudian hempaskan busa putih singkirkan kekelaman hatiku. Menarik sekali pemandangan itu untuk dinikmati apalagi ditambah dengan bilasan cahaya matahari yang memerah di garis laut nun jauh disana. Bersyukur aku bisa terlepas dari romantisme pesta himpit-himpitan pasangan tak tahu malu. Kini aku lebih sibuk menikmati malam menjemput matahari yang kemudian tergulung habis oleh deburan ombak suci yang putih. Al-hamdulillah, Subhanallah Depok mempesona diriku di sore itu.!!!

Masih dari rentetan acara libur akhir semesterku di Mu'allimin Yogyakarta, tepat tanggal 7 Januari 2009 Tuhan kembali menyisihkan kesempatan bagiku untuk mengunjungi kota Kembang Bandung Jawa Barat. Bagiku ini adalah lawatan pertamaku, karenanya aku ingin menikmati kunjungan ini dari awal hingga penghujung akhir dari perjalanan ini. Bahkan aku ingin dari semua jalan yang dilewati dapat aku nikmati centi demi centi agar aku bisa benar-benar puas dan happy.

Lepas sholat Ashar Bus yang membawaku meninggalkan Jogja. Semua pemandangan yang dilalui Bus merupakan pemandangan baru bagiku. Ada jembatan, sungai, laut dan gunung yang menyapa perjalananku. Sepertinya semuanya tersenyum ramah padaku sambil memberikan penampilan terbaiknya.Begitu seksi alam ini dibuat oleh Tuhan sehingga menakjubkan dan membuat batinku mengagungkan-Nya Subhanallah.....

Perjalanan itu terus aku nikmati tanpa memajamkan mataku walau selimut malam tergelar diiringi hembusan angin yang menusuk tulang. Rasanya kantuk malam itu enggan menghinggapi diriku,sehingga dengan puasnya aku dapat menikmati perjalanan malamku hingga sampai di tujuan yaitu di Cimahi Bandung. Sejenak rombongan membuang penat di Asrama Militer jam 03.00 dini hari sambil menunggu waktu sholat shubuh setelah sebelumnya beristirahat dan makan malam di restoran Grafika di daerah Jawa Tengah tepat waktu sholat Isya'.

Sehabis sholat shubuh di Asrama militer tersebut makan pagipun sudah tersedia. Namun hatiku kala itu drundung sedih karena ada musibah yang mencoba menjejelai kesabaranku, dompetku hilang. Akupun sedih tidak tahu apa yang harus aku lakukan, setelah beberapa lama aku mencoba mencarinya ke Bus yang membawaku. Ternyata kembali Tuhan menunjukkan belas kasihannya dan dompetku ternyata tertinggal di jok tempat dudukku. Al-Hamdulillah Tuhan Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang......

Perjalanan kembali dilanjutkan ke kebun strawbery dan ciater tempat pemandian air panas. Dua tempat ini yang menjadi persinggahan. Tidak banyak makna yang dapat aku ikat di dua tempat ini. Masih seputar keindahan alam yang menakjubkan serta panorama pengunjungnya yang menggairahkan. Ada catatan kecil yang sebenarnya adalah pertanyaan hatiku mengenai Bandung sebagai kota kembang. Kata orang, Bandung adalah kota kembang, artinya kembang atau bunga menjadi ikon dari kota ini. Pertanyaan yang mengganjal adalah, apa kembang dalam arti yang sebenarnya dimaksudkan atau kembang yang bersifat metafora yang berarrti bidadari yang berseleweran di trotoar dan tempat wisata itu yang dimaksudkan?. Entahlah....yang jelas kedua makna dari kembang itu memang pantas untuk disandang oleh Bandung. Bandung....Bandung kamu memang kota kembang...!!!

Lawatanku ke Bandung menjadi catatan kedua yang menarik di Januari ini. Selanjutnya catatan ketiga yang menarik di Januari ini adalah ketika aku diamanahkan Madrasah Mu'allimin untuk menjadi panitia di even Nasional yaitu Madrasah Science Expo '09 (MSE). Walau posisiku tidak pada posisi strategis secara struktural namun bagiku yang penting aku bisa melakukan hidmah bagi orang lain. Aku berada di posisi akomudasi dan transportasi yang tugasnya mengatur penginapan para peserta di hotel. Pekerjaan ini baru bagiku setelah sebelumnya biasanya aku di pondok diposisikan sebagai sekretaris atau malah aku pernah menjadi ketua panitia penerimaan santri baru TMI AL-AMIEN PRENDUAN tahun 2005.

Posisi itu memintaku untuk menjadi pekerja lapangan yang langsung berhadapan dengan realita. Tentunya menjadi hal yang sulit bagiku, selain aku belum menguasai medan juga sedikit kaku dalam beristraksi dengan para peserta atau dengan pihak hotel. Kaku tatkala aku harus bicara dengan peserta putri, hal ini terkait karena minimnya instraksi diriku dengan kaum hawa sebelumnya. Tapi kaku bukanlah kendala dalam melaksanakan tugas, hanya beberapa jam aku bisa menetralisir kekakuanku dengan sedikit menyembulkan guyunan-guyunan renyah yang dapat mengusir kegetiranku. Semua berjalan lancar, malah di penghujung akhir tugasku di hotel ada perasaan kangen dan rindu pada mereka yang sempat membuat aku kaku dan membeku. Ternyata kebekuan tidak selamanya menjengkalkan tapi malah sesuatu yang aku rindukan. Dimanakah kalian sekarang ya..ayyatuhal akhwat.....?!! he....he.....

Sekarang aku terserang flu karena AC di hotel itu sehingga sebentar-sebentar harus aku membuang air yang mengalir dari hidungku. Tapi itu semua tidak masalah asal kalian balik lagi insya allah flunya akan hilang tapi berganti dengan flu burung kali. He....he......he......