Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

Halaman

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 25 Februari 2009

PERJALANAN KE MADURA 4 (Habis)



Tausiyah KH.Muhammad Idris Jauhari
Ba'da Subuh Hari Rabu 11 Pebruari tepat tanpa dzikir aku bersama Jamal segera menuju Idaroh Ammah kediaman pinpinan KH. Muhammad Idris Jauhari. Duduk di teras musholla pribadi beliau yang berhimpitan dengan dapur asatidz.Tidak banyak yang berubah, bahkan masih kelihatan sama dengan sebelum aku meninggalkan pondok. Bunga dan tanaman hias yang tumbuh di halaman rumah beliau masih kelihatan segar,menandakan kalau taman itumasih terurus dengan baik. Terasa sangat sejuk, indah dan nyaman. Tidak terlalu lama aku menunggu, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara motor mio milik beliau mendekati tempat aku menunggu. Terlihat K. Idris masih bugar dan dapat mengontrol laju kendaraannya. Tepat sekitar 2 meter dari tempat aku menunggu beliau memarkir motornya, kemudian diikuti oleh respon sopanku untuk berjabat tangan dengan beliau. Terasa begitu hangat uluran tangannya seumpama orang tua yang menyalami anak kandungnya sendiri. Sambil menyuruh aku duduk kemudian beliau menuju kediaman, sementara aku dengan penuh hormat duduk kembali menunggu beliau hingga keluar lagi.

Selang 10 menit K. Idris kembali keluar menemui aku, Jamal dan Imron.Wajah beliau begitu sangat cerah sambil mengumbar sapaan hangat seorang kiyai kepada santrinya. Sapaan pertama beliau dimulai dengan menanyakan tempat dimana aku sekarang berdomisili dan berkecimpung dalam kesibukan apa aku saat ini. Aku hanya menjawab seadanya saja sesuai dengan apa yang aku alami. Arah obrolan beliau tetap bernuansa pendidikan, dakwah dan perjuangan. Obrolanpun berlanjut pada hal-hal yang sifatnya tausiyah seorang guru pada santrinya, seperti beberapa hal yang cukup menarik dan masih dengan sanagt lengket melekat di benakkau masalah kebutuhan-kebutuhan manusia dalam mengarungi kehidupan. Menurut beliau manusia sering lupa akan kebutuhan-kebutuhan yang siifatnya abstrak atau spritual. Kadang hanya mengedepankan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah saja tanpa menghiraukan kebutuhan ruhaniahnya. Makan, minum, pakaian serta kebutuhan-kebutuhan jasmani begitu sangat dicari oleh manusia, rasanya jika salah satu dari kebutuhan jasmani itu tidak terpenuhi manusia secara reflek akan langsung cekatan untuk segera memenuhinya. Bebeda tat kala seseorang belum memenuhi kebutuhan rohaniahnya mereka dengan santai tidak respek bahkan mungkin sengaja ditinggalkan.Dalam hal ini beliau menkankan agar seorang manusia itu mampu memenuhi dua kebutuhan itu secara tepat dan seimbang atau bahasa agamanya biasa disebut adil.

Berlanjut pada hal berikutnya, beliau juga menyinggung pada apa yang telah manusia terima dan ia rasakan . Secara umum banyak hal yang telah manusia dapati dari kehidupan yang sesuai dengan apa yang ia inginkan. Ini menandakan bahwa Allah SWT begitu sangat sayang pada setiap makhluknya. Dalam pengrtian lainnya Allah lebih merespon dan merealisasikan apa yang manusia inginkan, beliau membahasakan hal ini dengan sebutan taufik. Taufik berarti kehendak manusia yang sesuai dengan kehendak Allah. Hal itu mewajibkan seorang hamba agar selalu ingat dan bersyukur kepada-Nya. Selain daripada itu ternyata taufik belum cukup menjadikan seseorang bisa menjadi hamba yang sesungguhnya. Banyak orang yang mendapatkan taufik tapi malah semakin jauh dari-Nya. Adapun kebutuhan manusia setelah taufik adalah Hidayah. Hidayah inilah yang akan menjadi penuntun seorang hamba menjalani realita atau kehendak yang telah terealisasi agar selalu tepat berjalan di atas rel yang telah ditentukan yaitu Islam. Untuk itu beliau menginginkan santri-santrinya agar tidak hanya mendapat taufik yang berupa kemudahan-kemudahan hidup, tapi juga sekaligus penerima Hidayah agar benar-benar menjadi hamba-Nya yang dijaga dari kesesatan.

Tidak lupa beliau juga berpesan agar kita selaku umat muslim yang santri atau secara khusus sebagai santri dan alumni Al-Amien agar terus meningkatkan kualiatas hubungan antar sesama agar tercipta sebuah power atau kekuatan. Bagi beliau seorang individu yang tangguh tidak akan berarti apa-apa jika dia hanya bekerja sendiri dengan mengesampingkan hubungan bersama. Namun juga beliau tidak menginginkan individu yang lemah walau tidak mengesampingkan kerja sama.Hasil dua kubu ini sama-sama tidak akan mengahasilkan sesuatu yang produktif malah bisa saja menghambat dinamisasi perkembangan umat. Adapun yang beliau inginkan adalah oarang-orang yang tangguh secara skill individual tapi juga tidak mengesampingkan kerja sama inilah yang beliau bahasakan dengan al-Qowi.

Masih pada singgungan masalah perjuangan membangun umat, yang kemudian beliau melanjutkan konsep tentang al-Qowi tadi. Ternyata dalam pandangan beliau, kuat saja tidak cukup untuk membangun umat yang beraneka ragam. Untuk memberikan keadilan dan kebijaksanaan yang meliputi lintas perbedaan tersebut perlu orang-orang yang dapat dipercaya. Orang yang jujur dan menjauhi peneyelewengn dan pengingkaran dengan berbagai tipenya, beliau membahasakan orang-orang seperti ini dengan sebutan al-Amien. al-Amien juga tidak bisa berdiri sendiri untuk memenuhi keadilan dan kebijaksanaan yang dinginkan oleh semua kalangan, tapi ia butuh orang-orang kuat. Artinya Al-Qowi akan selalu bergandengan Al-Amien jika ingin menciptakan dan menyuguhkan keadilan dan kebijaksanaan bagi seluruh kalangan umat yang majemuk. Untuk itu beliau bermimpi agar para alumni dan santri-santrinya menjadi Al-Aqwiya Al-Umana' atau pribadi yang Al-Qowiyul Amien.

Itulah tiga poin penting tausiyah K. Idris di pagi itu, beliau benar-benar masih menjadi sosok pribadi yang tak mengenal lelah dalam belajar. Setiap ketemu beliau, beliau selalu memberikan ilmu baru bagi santrinya. Rasanya sangat jarang setiap pertemuan tanpa hal yang baru, beliau benar-benar sosok pribadi berjuta ide. Aku kagum sekaligus iri sebagai santrinya yang masih muda kadang terseok-seok melawan bualan romantisme dunia yaang menwarkan racun. Semoga dari pertemuan singkat bersama beliau akan menambah semangat dan kerja nyata dalam diriku untuk terus menjadi Tholibul Ilm hingga akhir hayat. Amien....

Dini hari Kamis 12 Pebruari jam 03.00 setelah pertemuanku dengan K. Idris aku balik menuju Jogja. Begitu sangat terkesan lawatan singkat ini, kangen, rindu pada teman serta pada pondok dan teman kini dapat terobati. Sekarang aku harus lebih semangat lagi untuk menjadi hambanya yang al-Qowi sekaligus al-Amien yang mampu menjadi pengemban amanah umat serta dapat memenuhi dua kebutuhan pokok kehidupan secara proprosional seperti yang diharapkan K. Idris.

Minggu, 22 Februari 2009

CATATAN PERJALANAN KE MADURA 4

TSI dan Nasi Bungkus Reuni

Selepas tunaikan Shubuh di awal pagi Selasa 10 Pebruari 2009 di Kastil damai Workshop aku bersama-sama teman-temanmulai menikmati siraman mentari pagi bersama butiran-butiran putih embun pagi tutupi rerumputan hijau di hamparanlapangan nostalgia tempat aku melepas penat untuk bermain si kulit bundar. Tampak beberapa santri dengan tawa sumringahnyahiasi pemandangan di pagi itu yang semakin membuat aku teringat pada tahun-tahun pertama aku menginjakkan kakiku di bumiJauhari di tahun 1998 yang silam.

Walau masih dalam suasana santai aku terus menggulirkan langkahku untuk menapaki beberapa acara di pagi itu untuksegera diselesaikan.Acara pertama seperti yang telah diagendakan bersama teman-teman yaitu ziarah ke kubur Al-MarhumKH. Moh. Tidjani.Dalam ziarahku banyak perasaan yang meletup-letup mengenang perjuangan beliau yang gigih dalammengembanamanah sebagai seorang pendidik yang merdeka dari segala jeratan bualan duniawi. Kepribadian beliau yangsantun dan beriwibawa tidak menjadikan beliau lupa akan tugasnya sebagai pelanjut dari perjuangan K. Djauhari, walausebenarnya banyak rayuan kedudukan yang mengiurkan secara finasial.Beliau lebih memilih hidup bersama-sama santrinyahingga akhir hayantnya. Sungguh merupakan figur seorang kiyai yang keberadaanya di saat sekarang sulit untuk mendapatisepertinya.

Tidak hanya rasa kagumku saja yang kian meletup memercikkan genangan air mata, tapi juga rasa terima kasih yang takterhingga untuk beliau guru yang tanpa pamrih telah mengasuh dan telah menjadikan aku dewasa. Rasanya aku sebagai anak didiknya masih belum bisa memeberikan apa-apa untuk beliau, sehinggga semakin membuat aku merasa punya hutang. Banyak titipan beliau yang belum sepenuhnya dapat aku laksanakan dengan maksimal. Terlalu cepat beliau meninggaklkan aku yang masih buta, kini aku harus meraba apa yang dapat aku raba dari peninggalan-peninggalan beliau sekaligus berusaha mewujudkan mimpi-mimpi beliau untuk melahirkan santri-santrinya yang mutafaqqih fiddin. Akhirnya aku kirimkan do'a untuk beliau agar Allah menempatkan beliau bersama hamba-hambanya yang sholeh di surga Firdaus-Nya yang penuh dengan nikmat. Amien.....

Aku bangun dari simpuhku sambil aku usap sisa-sisa butiran-butiran air mata. Do'a dan mengenang aku akhiri walau sebenarnya ingin rasanya kembali mencium tangan beliau. Aku berlalu dari lokasi makam menlanjutkan agenda selanjutnya untuk mengurus ijazah ke IDIA. IDIA tempat aku kuliah masih berdiri tegak dengan cat putih sucinya. Dengan cepat aku menyelesaikan proses pengambilan ijazah karena memang temanku yang menjadi penanggung jawab ijzah tersebut sehingga aku tak harus berlama-lama di kampus putih tersebut. Akhirnya penungguan untuk mendapatkan ijazah S1 berakhir dengan keberadaan ijazah yang kini benar-benar telah berada di genggamanku. Ada perasaan bangga yang meliputi hati dan perasaanku, aku menilai adalah hal yang wajar yang bisa terjadi pada siapa saja ketika mendapatkan kepuasan. Kini segala jerih payahku dapat aku lihat dengan 2 lembar kertas putih yang berada di tanganku. Al-Hamdulillah aku melanntunkan syukur untuk Allah Tuhan sekalian alam

Matahari mulai merangkak naik menghinggapi waktu Dzhuhur, sesegera mungkin aku tunaikan sholat Dzuhur. Tepat jam 13.00 aku bersam-sama teman meuju Sahe Cafe tempat kucurkan keluh kesah sambil menikmati kopi racikan Pak Sahe. Selang beberapa menit kembali personil Averose merapat mendekati pondok untuk hanya sekadar temu kangen saja. Kali ini yang datang si Sulaiman anak Bangkalan dengan mobil Kijang Kristanya. Ternyata Sulaiman tidak hanya datang sendir, tapi dia datang 2 orang anggota roses lainnya si Kholil Lora dan si Iin Imut. Keadaan semakin tambah ramai ja dan tentunya semakin menggelikan. Satu persatu menuangakan kangennya dengan ekspresi yang berfariasi, mulai dari hanya jabat tangan sampai pada cubit pipi, ih geli deh he...he......!!! Itulah gambaran keakraban yang tersulam di siang itu.

Tidak cukup sampai disistu, ternyata sulaman keakraban ini berlanjut hingga bibir kolam TSI (Kolam renang di daerah Sumenep). Disitu ditumpahkan segala ekspresi kangen lewat adu renang, lompat indah sampai pada pamer bodi indah he...he.... Aku yang belum sempat bisa berenang terpaksa harus ikut walau hanya pakai gaya batu. Awalnya aku menampik untuk terjun ke air biru kolam TSI tersebut tapi tingkah usil teman-teman membuatku harus menceburkan diri juga walau hanya berbalut CD karena memang aku tidak membawa peralatan renang. Tak ayal dua teman cewek si Iin Imut dan satu lagi yang belum sempat aku ingat namanya langsung menutup mata menghindar dari pemandangan yang menggelikan. Beberapa kali aku sempat mendapat sorakan dari teman-teman, tapi akhirnya lama-lama keadaan dapat terkontrol hingga pada suatu saat sempat si Iin Imut mendekatiku di kolam dengan jarak yang cukup dekat serta dengan keadaan diriku yang hanya berbalut CD yang membuatku berdesir (sensor deh......)he...he.. gak kok cuma adu renang. kakakakkk.....

Tanpa terasa sudah 2 jaman aku berendam di kolam TSI kini tersisi rasa capek, segera aku menyudahi renang gaya batuku itu.Teman-teman juga memutuskan untuk menydahinya juga kemudian akhirnya kami menuju TB (Taman Bunga) untuk mengisi perut yang mualai kembali menyanyikan lagu khas bertema lapar. Nasi bungkus cukup memebuat aku dan teman-teman kembali bergairah. Sementara di tengah-tengah makan gemuruh canda tawa tetap terdengar menjadikan makan di saat itu begitu nikmat. Aku yang tergolong mempunyai perut agak meng-karet terpaksa harus menongkrongi nasi bagian teman-teman. Tanpa disengaja kembali aku berkesempatan untuk makan bersama Iin Imut karena dia satu-satunya yang mau di-duain nasi bungkusnya. Awalnya agak risih sih tapi lama-kelamaan menjadi enak dan mungkin jadi terkenang kali he...he....

itulah rangkaian acara di hari Reuni kecilan-kecilan yang dihadir oleh teman-teman Roses diantaranya ada Jamal Mu'asyiq, Also, Dhofir, Hermanto. Kholil, Imam Swandi, Nur hasan Jun Humaidi, Muhaimin, Nur Alim, Saiful Bhari, Dedi Setiawan, JOni, Kholil Lora,Sulaiman, Muhsin Ma'ruf, Iin Imut, Luluk dan aku sendiri. Acara inii adalah acara temu kangen perdana pasca aku keluar dari pondok di bulan September 2008 yang lalu. Untuk semua teman-teman Roses U R all Always my best friends. I LOVE U all....!!!!

*) Cerita ini untuk didedikasikan untuk Teman dan Sahabat kita Jun Humaidi sekitar seminggu setelah melepas kangen bersama teman-teman Roses mengalami kecelkaan yang menjadikan dia kehilangan tangan kanannya. Semoga Allah memeberikan ketabahan untuk menanggung beban berat itu. Amien....