Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

Halaman

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 13 Mei 2009

MENGEJAR MIMPI INDAH (Pertemuan IKBAL Jogja)

Pertemuan dengan teman-teman alumni tanggal 12 Mei 2009 kemarin merupakan pertemuan yang memberiku banyak arti. Pertemuan itu adalah kali pertama selama hampir 6 bulan keberadaanku di kota Gudeg. Pantas kalau hampir semua diantara mereka mempertanyakan seputar kedatanganku di kota yang pernah menjadi ibu kota Negeri ini. Sambutan mereka sebagai seorang alumni terhadap teman sealmamaternya cukup hangat, mengingatkanku pada pondok yang selama ini telah menorehkan benih-benih kedewasaan dan persaudaraan. Tawa dan sapaan keakraban begitu sangat kental, menjadi pelipur kerinduanku pada Madura sebagai pijakan pertamaku mengawali proses perjuangan mengarungi bahtera kehidupan.

Pertemuan yang berlangsung di rumah Ust. Fathurrahman itu walau jauh dari kesan istimewa secara kemasan, namun mempunyai kesan yang cukup istimewa bagi diriku. Perhatian pertama yang memukau perasaanku tat kala bertatap dengan Ust. Fathurrahman seorang alumni tahun 1995 kelahiran asli tanah Prenduan itu yang kini bisa dibilang sudah bisa menuai jerih payahnya. Kepribadiannya yang santun serta loyalitasnya yang tinggi pada Al-Amien menjadikan kami (aku dan teman-teman) tidak canggung untuk bertegur sapa, walau kini beliau boleh dibilang sebagai salah seorang yang mempunyai posisi penting di ranah intelektual UIN Sunan Kalijaga. Posisi beliau sebagai dosen pada Fakultas Syari'ah di UIN tidak menjadikan beliau menjaga jarak pada kami yang kebetulan salah seorang diantara kami adalah Mahasiswanya. Aku benar-benar kagum...!!!

Aku kagum dan takjub dengan beliau yang kini bisa berdiri dengan tegak di tanah bukan kelahirannya. Aku dapat merasakan kalau beliau ini seorang pejuang, pekerja cerdas dan tangkas yang bisa membaca peluang dan tantangan. Tidak mungkin posisi yang cukup strategis saat ini didapat dengan berpangku tangan. Beliau benar-benar telah mampu melewati sengitnya multi-agresi di tanah rantau. Mengagumkan....!!

Di tengah kekagumanku tiba-tiba terbesit untuk mengorek diriku yang saat ini masih berproses. Timbul pertanyaan bisakah aku dengan keterbatasan serta kelebihan yang aku miliki bisa mencapai target-target impianku?. Pertanyaan sederhana yang tidak membutuhkan jawaban leteral atau verbal, tapi lebih dari itu adalah aksi nyata. Hidup menyuguhkan realitas yang selalu bersinggungan dengan sentuhan konkret. Hidup tidak cukup hanya berada dalam naungan ide, sehingga tidak perlu terlalu diidealiskan. Pada beberapa sisi ide memang tidak sepenuhnya dicampakkan tapi juga sering kali harus diikutkan sebagai penyeimbang dari gerak konkret yang dikhawatirkan tergelincir. Selama gerak konkret itu tidak menyimpang dari rel-rel agama maka sejauh itu ide harus diikutkan sebagai identitas seorang pejuang yang bekerja dengan Ilmu('ala ilmin). Inilah mungkin pembeda antara pekerja yang hanya mengandalkan otot dengan pejuang-pejuang ulung ala Ust. Fathurrahman yang beprinsip bekerja cerdas bukan bekerja keras.

Mimpiku jauh membumbung tinggi ke angkasa melampaui batas rongga-rongga langit alam ini. Mulai dari mimpi kesuksesan secara finasial sampai pada menduduki tahta yang penuh dengan gemerlap kenikmatan. " Hah..." sedikit aku menghela nafas sambil sunggingkan senyum tipis seakan menertawakan diri sendiri. Kemudian sunggingan senyum itu aku akhiri dengan perasaan optimis seumpama mimpi itu adalah masa depan yang dekat yang bisa kapan saja aku gapai. Aku sadar mungkin teman-teman IKBAL atau bahkan Ust. Fathurrahman sendiri akan ikut menertawakan diriku seandainya mereka tahu saat itu aku bermimpi indah di tengah gelaran mesra persaudaraan. Tapi aku akan dengan cueknya meneruskan mimpi itu dengan sambil berucap canda pada mereka " Bermimpi itu kan tidak usah bayar, jadi gak usah ditertawakan lah, apalagi sampai dilarang".

Sambil terus mengobrol rencana-rencana IKBAL Jogja ke depan, mimpi-mimpi itupun berlalu seiring ludesnya kripik kepeng ala Prenduan bersambelkan kacang pedas di depanku."Wuuuh...." rasa pedas nikmat itu memintaku untuk minum untuk hilangkan pedas. Keringat membasahi kening walau saat itu hembusan angin malam di depan rumahnya Ust. fathurrahman tak hentinya menerpa wajahku. Teman-teman yang lain tanpa dikomando juga berdesis nikmat. Benar-benar malam itu adalah malam yang memeprtemukan aku dengan mimpi, dan kenikmatan yang menyisakan semangat menggelora untuk menggapai mimpi itu. Semoga saja mimpi itu tidak tertelan pagi lalu lenyap digusur siang,aku akan selalu dengan semangat mengejar mimpi-mimpi itu.